Selasa, 31 Maret 2015

None

Harusnya aku menulis ini dengan penuh emosi.. Aku tak mengerti apa lagi yang harus kuungkapkan.. Kau tau? Aku seperti terjebak pada beberapa persimpangan. ini dan itu. Terlalu banyak yang berkicau sampai sampai telinga ini berdengung lebih keras dari biasanya.

Bolehkah aku lari dan pergi jauh2? Atau bolehkah aku meminta untuk menghapus semua memori yg ada di pikiran ku? Biar saja aku memutuskan bertemu dengan orang2 baru yang sama sekali tak ku kenal. Aku sangat lelah, aku lelah menjadi seorang santa, aku lelah menjadi seseorang yang bisa berdiri sendiri. Ya ya, aku tau itu adalah sebuah keharusan, tapi aku tidak sekuat yang kalian bayangkan.. Aku rapuh serapuh rapuhnya. Semua datang dan pergi semaunya, apa kalian pikir aku ini rumah singgah? Bolehkah kali ini saja aku menangis lagi? Aku janji, ini yang terakhir aku meratap..

Minggu, 22 Februari 2015

Lelah

Aku marah semarah marahnya.. Aku pikir kau Orang yang cukup pintar mengambil keputusan...
Iya, aku tau luka ini telah lama, tapi apakah kau pikir bisa dengan begitu saja sembuh!!!? Bekas itu masih hingga sekarang! Kau membuat luka yang menganga lebar..
Kau tau rasanya? Apakah kau tau? Ingin ku cabik saja dirimu, tapi terhalang oleh akal sehatku..
Kau ciptakan pedih itu, kau koyak-koyak dan kau injak hingga tak berbentuk lagi... Hebat!!!.. ya! kau sangat hebat jalang! kau memang seorang keparat yang profesional.. Tak mudah hilangkan sakit ini.. Aku lelah sudah, bahkan hingga kini pun aku masih menderita.

Apakah kau puas!!?? Airmata bahkan sudah tak mampu lagi mengalir saking keringnya.
Adalah bohong jika aku bilang aku tak membencimu, adalah bohong jika aku bilang aku sudah memaafkanmu, adalah bohong jika aku tak ingin balik menyakitimu.. Tapi lagi lagi, apa dayaku? Bahkan untuk bangkit pun aku kesusahan...
Apakah kau puas dengan semua yg sudah kau lakukan?
Aku hanya ingin menamparmu, hanya ingin memberitahu, tamparanku tak sebanding dengan apa yg telah kau perbuat...

Yang perlu kau tahu.....
aku hanya ingin luka ini sembuh

Minggu, 07 Desember 2014

Rainy

Dingin merasuk di setiap pori pori.
Menatap rembesan bulirnya di balik kaca jendela..
Sederhana,  namun kekuatannya mampu melemparkan kita jauh ke masa lalu..
Ada yg bilang kita tak akan pernah kembali ke masa lalu. Ya, jika itu kau harus melakukan sesuatu, namun kita bisa saja menjadi penonton di masa lalu.. Hanya memutar kembali melihat jalan cerita yg pernah kita lalui.
Rasa sakit, tawa, tangis, maupun sukacita, membuatmu sedikit tersadar, kau sudah berjalan sejauh ini.
Resapi saja hawanya, nikmati dentuman suaranya yg jatuh ke permukaan, tarik napas mu perlahan sembari menikmati secangkir kopi panas. Kau akan merasakan betapa nikmatnya dunia ini.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Kutancapkan belati itu berkali kali

  Aku baru saja melakukan hal paling bodoh sepanjang hidupku. Mengambil tindakan yg sangat sembrono, terkadang hal2 yg berkaitan dgn kata hati tak semua hrs terpenuhi. Aku mematut diriku di cermin berkali2 sembari mentertawakan diriku sendiri. "hay kau si bodoh, bisa2nya kau meninggalkan gengsimu demi kata hatimu!" aku trsenyum kecut, "aku berjanji ini yg pertama dan yang terakhir" jwbku lemah. Betapa penyesalan yg kutanggung begitu semakin berat skg. Harus ku simpan dimana mukaku? Mungkin jika bisa berpindah, ia akan berpindah dan tak sudi lama2 menempati muka org sepertiku.

Mulai hari ini kau harus aku enyahkan dari pada pikiranku. Karna org sepertimu memang tak pantas mendapat tempat disini. Aku terlalu malas dan enggan menganggapmu lagi, dan aku bersyukur keputusan tempo hari utk melawan kata hati ini memang betul2 jawaban yg tepat. Tapi biarkan saja kau dgn segala persepsimu, aku tak mau dan tak ingin peduli lagi, kecewa ini akhirnya menyeruak krn segelintir tulisan yg kau anggap itu kemenanganmu tapi adl awal dari kecewa dan totalitas ku utk yakin mengambil peran antagonis ini. Aku tak prnah menyesal, Karna bukankah kau sendiri yang memintaku mengambil belati ini dan menusukkannya berkali2 kepadamu? Sekarang aku lelah, belati itu sudah kuberikan kpd org baru. Semoga saja ia terlalu lemah menancapkan nya padamu. Krna pada dasarnya setiap org berhak bahagia.

04.02 a.m

Kamis, 25 September 2014

tertatih

kita sama-sama memamerkan kebahagiaan kita masing-masing walaupun tak saling mengganggu, menunjukkan betapa sekarang kita sangat bahagia. Terimakasih karna kau cukup tau diri mengembalikan apa yang sudah seharusnya menjadi milikku, terimakasih telah mengembalikan kebahagiian yang sempat kau ambil untuk beberapa saat di hidupku, terimakasih telah membuat bintang itu kembali bersinar untukku bukan untukmu.

Seperti yang sudah-sudah, seperti yang pernah kubilang, rasa sakit ini masih terus tetap ada, bahkan aku sudah kehilangan akal karna setelah berbagai cara dilakukan pun tak urung membuatnya kembali utuh lagi. Aku tak membenci, namun kau adalah orang yang akan ku bunuh pertama kalinya jika ada perlombaan membunuh orang. Entahlah, luka ini sangat sulit dihilangkan rasanya.. . atau kau yang terlalu dalam menancapkan belati ini padaku? Kadang aku lelah menghadapi luka ini, rasanya sudah lama sekali. Bahkan kini kau sudah temukan yang terbaik diantara yang terbaik. Aku turut senang mengetahuinya,..

Bagaimana caraku menghilangkan luka ini? Aku nyaris saja frustasi, aku nyaris saja putus asa, bisakah kau memberikan aku obatnya? Kita bukan lagi musuh bukan? Aku hanya ingin berhenti menjadi orang jahat, aku hanya ingin berhenti menyimpan rasa sakit ini. Tolong, jika kau tau obatnya tolong beri tau aku, karna aku sangat membutuhkannya…….


12.30 a.m

Senin, 01 September 2014

1 september

Aku menatap nanar dengan keadaan disekelilingku. Impianku untuk kuliah diluar pulau ini tak bisa tersampaikan. Come on, aku pasti bisa ujarku dalam hati. Hanya sekedar penyemangat untuk diriku sendiri.
Akupun berjalan gontai menyusuri lorong kampus. “hai drew! Kamu kuliah disini juga?” ujar temanku, aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Waktu itu siang, entah apa motivasinya para tetua-tetua mengumpulkan kami semua. “seandainya bisa pergi dari sini sungguh sangat menyenangkan” batinku.
Tak lama mataku tertuju pada 2 bola mata yang begitu menenangkan,mata kami beradu, ia mengerjap sambil tersenyum tipis kepadaku. Entah apa ini namanya Tuhan. Bahkan suara-suara bising yang ditimbulkan oleh decitan kursi karna bergeser pun tak mampu membuyarkan tatapanku pada gadis manis itu. Ia tersenyum dengan bibir kecilnya yang mampu membuatku terpaku, dua bola mata coklatnya yang menyejukkan, meskipun ia terbilang tomboy dengan rambutnya yang nyaris cepak. Menganggumkan ujarku kecil. “apa yang kau bicarakan? Mereka menyuruh kita untuk menunduk” ujar teman baruku yang aku pun tak tau namanya membuyarkan lamunanku.

Waktu pun beranjak dan terus memutari bumi.. sudah nyaris setahun aku mengenalnya. Ia selalu tampak cantik dengan keanehan-keanehan yang dia buat, ia selalu menjadi penyemangat bagi setiap orang, ia selalu tampak indah dengan senyumnya yang mampu membuat jantungku ini seakan berhenti berdetak.

Ketika itu kami sedang bertemu disebuah kedai kopi. Tempat biasanya aku dan teman-teman menghabiskan waktu untuk membahas masalah-masalah dikampus. Tebak, kami hanya berdua disitu, aku terpaku dan seketika jari-jariku dingin ketika menatap matanya. Ia tersenyum menyambut kedatanganku, tatapan matanya seolah berbicara padaku, begitu cepat dan sangat mengejutkan. Tentu saja aku shock. Tak lama aku merutuki dan mencaci mulutku sendiri, aku masih sangat takut, aku takut dia pergi, aku takut suatu saat mengecewakannya, aku takut akan membuat genangan air dipelupuk matanya suatu saat. Namun bukankah ini kesempatan emas bagiku? Hey!! Aku bahkan melihatnya ketika mata kami pertama kali beradu. Tapi entahlah, mungkin ssaja belum waktunya, “biar saja waktu yg tepat akan datang nantinya. Kitaa nikmati saja sekarang”, ujarku sambil tersenyum kecut. Ia pun mengangguk paham dan tersenyum, “ayo kita lanjutkan saja minum kopi, lupakan saja yang tadi, anggap saja tak pernah terjadi” ujarnya santai.

Aku tau waktu akan terus berjalan, waktu akan terus menghakimi orang-orang yang telah menyia-nyiakan nya. Apakah aku termasuk dikalangan orang-orang itu? Hahaha, aku hanya bisa mentertawakan diriku sendiri yang betapa bodohnya tega mengacuhkan kata hati yang semakin hari semakin menyiksa.
Tak lama yang ditunggu pun datang, aku semangat bukan main. Bukan karna melihat senyum nya yang kian hari kian memesona, namun dengan keberanian yang ku kumpulkan aku berniat mengatakannya hari ini! Bayangkan saja, berapa tahun aku mencoba menjadikan diri ini menjadi berani.
“haaaai” sapana riang. Aku hanya tersenyum sambil menatapnya lembut. “aku punya kejutan” lanjutnya, seketika rasa penasaranku berubah menjadi lebih besar dari keinginanku sebelumnya “yah, aku juga ada kejutan untukmu”jawabku
“sekarang aku sama Lyan sudah meresmikan hubungan kami, minggu depan ia akan berjanji bertemu dengan ayah dan bundaku, terimakasih yaaa, walaupun aku sempat patah hati karnamu, namun semenjak bertemu Lyan saat kau mengenalkannya padaku keadaan berubah total, dan dia sangaaaat baik” lanjutnya dengan nada berapi-api, seketika roboh sudah pertahanan dan keberanian yang sudah kususun sekian lama. Yah, aku tau ini mungkin tak akan terjadi ketika aku menerimanya waktu itu. Aku hanya membalasnya dengan tersenyum kecut, rencana yang sudah kususun sejak awal sirna sudah, tak mungkin aku menghancurkan senyumnya ini. Semua salahku, ia pun lanjut berbicara dengan mulut penuh dengan makanan “ohya, apa kejutanmu untukku?” aku tersentak dan tersenyum “ohh, aku ingin mentraktirmu karna kau baru saja menemukan orang yang tepat”ujarku sambil mengacak-acak rambutnya yang ikal dan sudah memanjang. “loh? Baiklah, namun lain kali biarkan aku yang mentraktirmu, anggap saja sebagai pajak jadian” ujarnya merapikan kembali rambutnya.
Aku terdiam, penyesalan memang selalu datang terlambat. Namun biarkan saja kembali waktu yang mempermainkan semuanya. Tapi aku berjanji pada diriku, tak akan melakukan kesalahan bodoh ini lagi. Aku janjii….



-11.51 PM-

Jumat, 22 Agustus 2014

if you know what i mean

Dingin ini begitu merasuk hingga menembus pori-pori kulitku. Namun aku tetap saja tak bergeming, rasa sakit ini bahkan nyaris saja mendarah daging. Apa aku harus percaya lagi? Ayolah, kita bukan lagi remaja berusia 15 tahun yang masih ingin mentertawakan dunia, perjalanan kita telah dimulai, perjalanan yang akan mengantarkan kita pada 1 tujuan, “Sukses….”

Kita pernah tak saling kenal. Bahkan kau hanya aku anggap sebagai penghias suasana saja karna saat itu sangat membosankan. Mata kita beradu, tetap saja aku hanya bisa diam dan mengacuhkanmu, karna  aku tak percaya rasa itu akan muncul lagi walaupun dengan orang yg berbeda. Untuk apa? Kalau hanya untuk menimbulkan sakit lebih baik aku sendiri saja sambil menikmati hidupku yang mulai kususun dari awal lagi.
Namun entah ini takdir atau nasibku, kita dipertemukan lagi, atau Tuhan ingin menjadikanku lebih baik lagi, entahlah…..


Kita pernah bersama… menangis, tertawa, dan bahkan berlomba siapa yang memiliki rambut terindah. Tertawa dan mengacuhkan berbagai hal yang mengganggu. Walaupun terkadang mereka diluar sana membuat ku gemas hingga ingin ku rontokkan semua giginya!! Tak bosan-bosannya aku mengadu jika aku sudah jengah dengan mereka yang  memakai topeng dan terus menerus melakukan pentas hanya untuk diri mereka sendiri tanpa memikirkan harga pada diri mereka,dan kita.. tentu saja aku tak suka!!

namun keindahan itu terjadi hanya sekejap, ternyata air mata ini jatuh lagi karenamu, bahkan lebih deras dari biasanya, lebih sering dari biasanya.. haruskah kita teruskan perjalanan ini?  Bahkan ketika kita mencoba lagi itu pun masih saja tak berhasil. Aku lelah sayang. Aku lelah memikirkanmu mulai dari sinar matahari muncul hingga cakrawala  hanya memberikanku terangnya bintang, dan bahkan ternyata bintang pun tak mampu menghempaskan semuanya. Terlalu indah, namun terlalu sakit untuk dijalani. Aku harus bagaimana? Tak bolehkah aku merasakan bahagia itu? Suatuketika aku bertanya pada angin, aku bercerita tentang kisahku, walaupun aku tau bahkan angin pun mengacuhkanku. Namun Tuhan tak pernah tinggal diam, disaat aku terseok terjatuh menahan beban ini sendirian angin pun datang walau hanya sebentar. Ia membawa pesan, “waktu”. Hanya waktu bisa menjawab semuanya , hanya waktu yang bisa membuktikan apakah takdir itu memang sudah tergaris demikian atau kah hanya kesalahan langkahku... Semoga saja kau lekas dewasa….